Tarawang Creative Hub

TARAWANG HUB
Sumedang, Indonesia
// LATAR 
    BELAKANG
Dalam arsitektur, sebuah bangunan didesain untuk memenuhi fungsi sesuai dengan konteks waktu dan masyarakat pada masa tertentu. Seiring berjalannya waktu terdapat banyak bangunan yang pada akhirnya mengalami degradasi nilai fungsi dan perubahan kecenderungan masyarakat yang akhirnya membuat bangunan tersebut tidak digunakan kembali. Dunia pembangunan yang terus berkembang secara dinamis, membuat beberapa bangunan yang tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan pola lingkungan dan masyarakat pada masa sekarang perlahan akan ditinggalkan dan dilupakan.
Bangunan ini memiliki potensi yang baik untuk menerapkan konsep placemaking. Dahulunya bangunan ini merupakan tempat tinggal keluarga yang berasal dari golongan pedagang di area Sumedang. Bangunan yang memiliki ciri khas arsitektur Jawa-Belanda ini dibangun pada tahun 1918 dan selesai pada 1920. Yang unik pada bangunan ini adalah terdapat bangunan lain disebelah kiri tetapi masih dalam satu site yang sama, dan memiliki gaya arsitektur yang berbeda. Pada kawasan ini terdapat taman depan dan belakang yang luas, hingga baik untuk dijadikan ruang yang berfungsi maksimal. Total luas bangunan adalah 1036m2  dan memiliki luas site ±3.360 m2 .​​​​​​​
REFERENCES // Industrial forms and materials are charted in “Carl Andre: Sculpture as Place, 1958-2010" at the Geffen Contemporary at MOCA.(Museum of Contemporary Art)
TARAWANG, berasal dari kata Tarawangsa adalah sebuah alat musik yang berasal dari Jawa Barat, khususnya Kabupaten Sumedang. Tarawangsa adalah alat musik gesek serupa rebab yang waktu pertunjukannya sangat lama, bisa sampai 2-4 jam. Menurut masyarakat sekitar yang mempercayainya, pertunjukan Tarawangsa bisa membuat nyaman dan membuat orang yang menikmatinya membayang-bayang sesuatu diluar nalar. Bahkan ada yang percaya bahwa ketika orang mendengarkannya akan membuat dirinya tak sadarkan diri seperti disambut dan bertemu dengan bayang-bayang leluhur dimasa lampau. Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain Tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan.​​​​​​​
Co-Working Space, untuk mewadahi munculnya ide-ide kreatif masyarakat lokal
Gallery Art, tempat untuk pelaku seni mendapat apresiasi yang layak
Skate Park, wadah bagi para pecinta olahraga
Mural Art Space, wadah bagi pecinta mural art agar mendapat apresiasi
Amphitheatre, tempat untuk komunitas musik dan theater
'Mapag Salira ka Sawangan', merupakan kalimat dalam Bahasa Sunda yang berarti menyambut anda ke bayang-bayang. Kita analogikan pengunjung disambut ke bayang-bayang masa lalu yang ada di sekitar bangunan. Penambahan elemen koridor atau selasar pada site adalah penggambaran bahwasannya pengunjung disambut dengan baik dan jelas ketika memasuki area site dan kami menganalogikannya sebagai Mapag (menyambut). Terdapat elemen roster bertujuan untuk memisah ruang-ruang yang ada dalam site dengan tetap melancarkan sirkulasi udara didalam site. Pada bangunan lama tidak terjadi perubahan material yang signifikan, bertujuan tetap menjaga ke orisinilan bangunan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalah pendekatan Creative Placemaking.
Tarawang Creative Hub
Published:

Tarawang Creative Hub

Sayembara Arsitektur UNS 2020

Published: